Senat Universitas Mataram periode 2017-2021 akan berakhir pada Juli mendatang. Anggota DPR RI H Rachmat Hidayat mengingatkan, inilah momentum emas yang tak boleh dilewatkan untuk membesarkan Universitas Mataram di masa mendatang, mengingat Senat memiliki kewenangan memilih Rektor periode empat tahun berikutnya. Kualitas regenerasi selanjutnya dipertaruhkan. Sebab keberadaan Unram adalah indikator utama kemajuan Bumi gora
PERSAMUHAN penuh kehangatan digelar di salah satu rumah makan di Jalan Langko, Kota Mataram, awal pekan ini. Meriung di sana para Guru Besar Universitas Mataram untuk menjamu sang tetamu, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University Prof Rokhmin Dahuri yang juga Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan. Prof Rokhmin didampingi Anggota DPR RI dari Dapil NTB H Rachmat Hidayat.
Pertemuan itu berlangsung begitu guyub. Sesekali diselingi gelak tawa. Prof Rokhmin sedang berada di Mataram untuk menghadiri Stadium Generale yang digelar Universitas Mataram. Namun entah musabab apa. Rupanya, tak semua Guru Besar Unram diundang hadir pada Stadium Generale tersebut. Itu sebabnya, manakala bisa bertemu dengan koleganya para Guru Besar Unram selepas Stadium Generale, Prof Rokhmin tak kuasa menyembunyikan kegembiraannya.
Tentu saja, persamuhan itu bukan ajang temu kangen belaka. Ada banyak hal yang mengemuka selama pertemuan tersebut berlangsung. Semuanya bermuara pada pentingnya pengembangan Universitas Mataram di masa depan.
“Ini semua untuk kepentingan regenerasi di Bumi Gora di masa yang akan datang,” kata Anggota DPR RI H Rachmat Hidayat.
Memang ada kerisauan. Bila sebelumnya, peringkat Universitas Mataram berada pada posisi 33 dari seluruh perguruan tinggi di tanah air, kini peringkat tersebut justru melorot. Terbaru, Unram berada pada posisi 47.
Rachmat termasuk pihak yang khawatir akan penurunan peringkat Unram tersebut. Tentu khalayak di NTB mafhum. Politisi senior di NTB yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan NTB ini memang begitu memberi perhatian pada kemajuan pendidikan di Bumi Gora.
Rachmat adalah tokoh utama di balik kenaikan status Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mataram menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.
Pada 2003, politisi berambut perak ini memboyong perwakilan pimpinan STAIN Mataram dan tenaga pengajarnya bertemu dengan Presiden Indonesia kala itu Hj Megawati Soekarnoputri. Pada Presiden ke-5 RI tersebut, disampaikan betapa pentingnya kenaikan status STAIN menjadi IAIN bagi Bumi Gora. Presiden kemudian memberi persetujuan dan ditindaklanjuti Kementerian Agama.
Pun pada saat IAIN Mataram hendak naik status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Rachmat juga adalah tokoh yang aktif mewujudkan hal tersebut. UIN Mataram, kini menjadi salah satu universitas negeri yang begitu membanggakan di NTB.
Perhatian dan upaya serupa juga diberikan Rachmat pada perguruan tinggi negeri keagamaan lainnya di NTB yakni STAHN yang kini sudah naik status menjadi IAHN di Mataram. Dan ikhtiar-ikhtiar nyata tersebut dilakukan Rachmat bukan untuk kepentingan dirinya. Bukan pula untuk kepentingan kelompok. Tapi semata-mata untuk kepentingan regenerasi Bumi Gora di masa yang akan datang.
Hal yang sama juga begitu, manakala dia memberikan perhatian pada kemajuan Universitas Mataram. Sebab, bagi Rachmat, sebagai perguruan tinggi terbesar di NTB, Unram adalah indikator kemajuan Bumi Gora.
Itu sebabnya, Rachmat menilai, momentum pemilihan Anggota Senat Unram pada Juli 2021 ini adalah kesempatan emas yang tak boleh dilewatkan. Ini adalah momentum Unram untuk bisa membuat lompatan yang lebih tinggi lagi. Sebab, Senat memberi andil pada kepemimpinan Unram periode berikutnya.
Anggota Senat Unram saat ini terdiri dari 58 orang. Pemilihan dilakukan karena periode keanggotaan Senat Unram berlangsung selama empat tahun. Anggota Senat Unram terdiri atas lima orang wakil dosen dari setiap fakultas, Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Direktur Pascasarjana, dan Ketua Lembaga.
Anggota Senat yang merupakan wakil dosen dari setiap fakultas terdiri dari dua orang profesor yang dipilih dari dan oleh professor dari masing-masing fakultas, dan tiga orang dosen bukan professor yang dipilih oleh bukan profesor dari masing-masing fakultas.
*Sinergitas dengan BRIN*
Selain momentum internal tersebut, ada pula momentum lain yang dimiliki Unram untuk kian melompat lebih tinggi lagi. Yakni kehadiran Badan Riset Inovasi Nasional atau BRIN. Rachmat menekankan, sudah sepatutnya riset-riset di Unram harus diselaraskan dengan perencanaan riset yang disiapkan oleh BRIN.
Saat ini, Ketua Dewan Pengarah BRIN dijabat oleh Hj Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 Indonesia. Prof Rohkmin pun telah melaporkan hasil pertemuannya dengan koleganya para Guru Besar Unram pada Ketua Dewan Pengarah BRIN. Sebagaimana H Rachmat Hidayat yang sudah diketahui publik merupakan orang dekat Megawati, Prof Rokhmin juga memiliki kedekatan serupa.
Kunci dari pengembangan Unram tersebut kata Rachmat adalah perhatian pada teknologi. Sebab, kata dia, di era sekarang ini, tidak mungkin satu daerah atau negara akan maju tanpa teknologi. “Itu sudah menjadi asumsi mendasar,” tandas politisi berambut perak ini.
Suatu daerah kata dia, tidak mungkin bisa mencicipi kemakmuran atau kesejahteraan tanpa teknologi. Karena itu, keberadaan riset menjadi kunci utamanya. Dan kultul riset itu harus tumbuh di Unram. Harus diberi ruang seluas-luasnya.
Rachmat banyak mendapat laporan, bagaimana kultur riset tersebut kini malah stagnan di Unram. Padahal, para guru besar di Unram begitu unggul dengan temuan-temuannya.
Dia memberi contoh bagaimana guru besar Unram yang tadinya dikenal unggul dalam riset dan penelitian Gaharu, salah satu komoditas penting yang dicari dunia. Keberhasilan riset Gaharu itu, kini malah meredup. Tak lagi terdengar kencang. Padahal dari riset Gaharu tersebut, dunia sudah menoleh ke Unram, dan juga ke NTB.
Contoh lain yang dikemukakan Rachmat adalah tentang riset Unram di sektor peternakan. Publik tahu, bahwa hotel-hotel berbintang di NTB tidak bisa mengandalkan pasokan daging sapi lokal untuk kebutuhan steak bagi para customer loyal mereka. Padahal NTB adalah Bumi Sejuta Sapi. Namun, dari riset, Guru Besar Unram rupanya telah mampu menghasilkan daging sapi lokal yang memiliki cita rasa yang sama dengan steak yang dibuat dari daging sapi impor. Namun, riset tersebut kini juga meredup.
Rachmat mengaku mendengar pula jika para Guru Besar yang sebelumnya telah menghasilkan penelitian besar dan menonjol tersebut kini justru tidak mendapat dukungan sebagaimana seharusnya. Banyak pula yang sebelumnya menjadi pengambil kebijakan di fakultas, kini malah tidak di posisi serupa lagi.
Karena itu, perhatian Unram pada riset yang terkait degan teknologi dan inovasi kata Rachmat adalah keniscayaan. Itu sebabnya, Rachmat sangat parihatin. Manakala Gubernur NTB H Zulkieflimansyah memiliki gagasan brilian untuk mewujudkan Industrialisasi di NTB, namun tidak terlihat gairah yang serupa dari Unram. Padahal, seharusnya, Unram juga mesti menyambut hal tersebut dengan gairah yang besar.
Buat Rachmat, hingga kini tak terlihat peran yang hendak diambil Unram dalam hal mewujudkan industrialisasi di NTB tersebut. Misalnya, manakala NTB mulai bermunculan mewujudkan kendaraan listrik, tak terlihat peran strategis dari Unram akan hal tersebut. Pun dalam sektor industri yang lain.
Tentu ada pengecualian. Seperti misalnya lahirnya alat rapid test dan alat swab antigen untuk mendeteksi Covid-19 yang dibidani Fakultas Kedokteran Unram dengan Klinik Hepatika Mataram. Rachmat menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi akan hal tersebut. Namun, sebagai perguruan tinggi terbesar di Bumi Gora, publik tentu kata Rachmat memberikan eksektasi yang sangat besar pada Unram.
Pun juga dengan kerja sama-kerja sama Unram dengan luar negeri. Belakangan, hal tersebut malah jarang terdengar. Padahal, kerja sama dengan luar negeri, adalah salah satu tolok ukur penting. Apalagi mengingat NTB adalah daerah yang kaya dengan sumber daya alam maupun sumber daya manusia unggul. Unram mestinya mengambil peran lebih dan berada di garda terdepan.
Itu sebabnya, Rachmat mengingatkan, sejarah dan fakta empiris membuktikan, bahwa bangsa yang maju, makmur, dan berdaulat adalah mereka yang memiliki SDM berkualitas yang mampu meguasai, menghasilkan, dan menerapkan hasil riset dalam segenap aspek kehidupan. Itu sebabnya, Unram menjadi sangat penting bagi NTB.
Lantas apakah Rachmat punya kandidat Guru Besar yang bisa menyiapkan peta jalan bagi Unram untuk melompat jauh di masa datang? Digoda degan pertanyaan ini, Rachmat melempar senyum.
“Tentu, para Guru Besar dan Anggota Senat Unram lebih tahu siapa figur tersebut,” katanya.
0 Komentar